[ Rabu, 14 Januari 2009 ]
Merunut Sejarah Wana Wisata Sumberboto, Mojowarno, Jombang
Keberadaan wana wisata Sumberboto yang terletak di Dusun Tempuran Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Jombang, belakangan terakhir terlihat sibuk, karena sering dijadikan lokasi kegiatan kedinasan dan kunjungan kerja pejabat daerah. Bagaimana asal muasal keberadaan museum ini sebenarnya?
BINTI ROHMATIN, Jombang
---
BUNGA putri malu langsung tertunduk lesu, manakala sederetan kaki menginjak dan menyenggol daunnya. Durinya yang runcing tidak segan-segan mencubit siapa saja yang seenaknya melintas, tanpa permisi atau sekedar menyingkirkan terlebih dahulu. Apalagi mendung terus bergelayut manja, seakan-akan mendukung peran putri malu yang tidak ingin dipermalukan dengan diinjak-injak.
Jalanan setapak di perbukitan Pengajaran Desa Japanan itulah akses satu-satunya menuju lokasi Sumberboto yang sebenarnya. Ketinggian 350 meter di atas permukaan laut area perbukitan itu cukup menguras keringat bagi siapa saja yang menyusuri jalan setapak, berjarak sekitar satu kilometer dari lokasi pemandian dan tirta suci di kolam sumber kembang.
Dari kejauhan, terlihat rerumbunan pohon bendo berdiameter hingga 40 sentimeter. Tampak sejuk mengelilingi area persawahan warga sekitar. Pada sisi barat terlihat gubuk (rumah bambu, Red) sederhana yang digunakan berteduh dan melepas kelelahan setelah bekerja di tegalan.
Sesekali gubuk ini dipergunakan menyimpan hasil pertanian sementara. Selepas melewati gubuk itu dua aliran parit terlihat elok memancarkan sinar gemericik air yang jernih.
Di ketinggian 350 meter itulah lokasi Sumberboto yang sebenarnya. Pintu utama terlihat sempit hanya cukup untuk satu orang, praktis seperti memasuki sebuah gua. Apalagi lokasi itu berbentuk melingkar, cukup gelap berada dibawah rerimbunan pohon bendo. Tapi begitu masuk, sumber mata air terlihat jelas tanpa berhenti memberi penghidupan kepada siapa saja yang membutuhkan. Airnya jernih mengalir dan bisa langsung diminum. Saat kaki direndam, hawa sejuk langsung terasa sampai di ubun-ubun.
''Di sinilah Sumberboto yang sebenarnya, dulu katanya lokasi ini dibuat candi, tapi karena matahari sudah terbit, maka bangunan candi tidak berhasil,'' tutur Slamet Sudiono, pengelola wana wisata Sumberboto. Cerita yang didengarnya secara turun temurun tersebut dibuktikan dengan banyaknya tumpukan batu-bata berukuran 30x22 cm dengan ketebalan mencapai 8 centimeter.
Di atas sumber itu tumpukan batubata terlihat tidak beraturan, terselip diantara akar pohon bendo. Bercampur dengan tanah dan rerumputan liar. Sehingga bangunan candi praktis tidak terlihat jelas.
Selain batu-bata, di sekitar sumber itu banyak batu besar bermunculan yang kemudian dijadikan alas duduk. Sedikitnya ada dua sumber utama yang mampu mengairi area persawahan seluas 5 hektare lebih di sekitar wana wisata Sumberboto. Selain sumber lain dibawah tanah yang alirannya langsung menyaut di parit sekitar.
Lokasinya yang jauh di atas perbukitan itulah Sumberboto dikenal wingit. Saking wingit-nya, sejumlah pengunjung yang bermaksud jahat beberapa kali hilang ditelan bumi. Meski pada beberapa hari berikutnya pengunjung ini berhasil ditemukan tersembunyi dibawah pohon.
Pengambilan batu-bata tanpa izin pun seringkali berdampak negatif, seperti sakit atau tiba-tiba yang bersnagkutan tidak bisa berjalan normal.
Tidak hanya itu, di sekitar Sumberboto juga pernah ditemukan sebuah pusaka berbentuk mirip boneka. Tak heran, bila lokasi itu sering dijadikan tempat pertapaan khusus untuk semedi dengan berpuasa penuh.
Meskipun demikian, orang yang datang secara khusus untuk mencari pusaka di tempat ini seringkali tidak bisa berhasil. ''Tempat ini pernah digali beberapa kali, tapi pusaka yang diinginkan tidak ada,'' cetus Slamet. (yr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar