Kamis, 27 November 2008

Ribuan Naskah Budaya Batak Ada di Jerman dan Belanda

Harian Analisa
Edisi Kamis, 27 November 2008

Ribuan Naskah Budaya Batak Ada di Jerman dan Belanda

Medan, (Analisa)

Ribuan naskah budaya Batak kini banyak disimpan di luar negeri di antaranya seperti Belanda dan Jerman.

Hal ini disampaikan ahli Sastra Batak dari Belanda, Dr Uli Kozok ketika bertemu dengan Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Baperasda) Sumut, Drs Syaiful Syafri MM di Ruang Gigital Baperasda Sumut, Jalan Brigjen Katamso Medan, Selasa (25/11).

Dijelaskan, naskah-naskah tersebut diperkirakan mencapai 2.000-an hingga kini masih tersimpan rapi.

Menurut Uli, dari sekitar 2.000 naskah batak tersebut ada 1.000 naskah dalam bentuk lak-lak (kulit kayu) dan sisanya dalam bentuk bambu atau tulang.

“Saya tak tahu naskah tersebut dari abad atau tahun berapa karena orang Batak setiap kali menulis tidak mencantumkan tanggal, hanya kita tahu tahun berapa naskah tersebut dibawa ke Belanda atau Jerman, sekitar tahun 1700-an,” ungkapnya.

Uli Kozok yang fasih berbahasa Batak dan berbahasa Indonesia menambahkan, dari ribuan naskah Batak tersebut, baru 2 yang dapat diakses melalui internet oleh masyarakat Sumut karena telah diolah dalam bentuk digital, dua naskah tersebut berasal dari Bremen dan Biloit di Belanda.

Sangat Diperlukan

Pembuatan naskah Batak dalam bentuk digital sangat diperlukan, mengingat setiap naskah Batak yang berada di luar negeri tidak akan mudah dibawa kembali ke Indonesia, khususnya Sumut. Padahal informasi mengenai isi naskah tersebut sangat diperlukan untuk dunia pendidikan dan sejarah.

“Dari dua naskah yang telah saya olah dalam bentuk digital tersebut, telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakt, khususnya mahasiswa untuk mencari informasi. Bahkan telah dijadikan bahan skripsi,” ungkapnya.

Dikatkan Uli, naskah Batak juga dianggap lebih aman dan terjamin keberadaan dan pelestariannya jika berada di luar negeri dibandingkan dengan Indonesia karena kalau di luar negeri peluang untuk diperjualbelikan atau disalahgunakan pihak-pihak tertentu jauh lebih kecil dibandingkan dengan di Indonesia.

“Selama ini di Indonesia banyak benda budaya yang seharusnya dijaga, tapi malah dijual. Makanya saya rasa naskah Batak juga lebih aman jika berada di luar negeri,” terangnya.

Untuk itu, agar lebih aman dan dapat dimanfaatkan semua kalangan dengan mudah, naskah Batak yang ada di luar negeri tersebut lebih baik dibawa ke Indonesia dalam bentuk digital.

Dijelaskan, keberadaan naskah Batak paling banyak berada di Tropen Museum Amsterdam, Univercitei Fsbiblio Fheek Leiden (Perpustakaan Universitas Leiden), dan Museum Antropologi Leiden.

Sangat Terarik

Sementara Kepala Baperasda Sumut, Drs Syaiful Syafri MM didampingi Sekretaris Drs Chandra Silalahi MSi mengaku sangat tertarik dengan penjelasan Uli Kozok.

Menurutnya, pemerintah seharusnya berterimakasih kepada ahli sastra Batak yang peduli dengan budaya Indonesia khususnya budaya Batak.

Langkah awal, Baperasda yakni mentransfer naskah-naskah budaya Batak yang dibawa Uli Kozok ke Badan Arsip.

“Kami telah simpan apa yang dibawa ahli sastra Batak ini dan akan kami simpan dengan baik sehingga masyarakat yang menginginkan dapat mendatangi bagian arsip. Naskah-naskah tersebut bercerita tentang peran, puisi tradisi masyarakat,” kata Syaiful Syafri.

Dilanjutkan, masyarakat yang ingin mengetahui naskah-naskah itu, juga bisa mengakses website:http/ /www.hawai. edu/indolang/ manuscripts. (maf)

Teks Foto:
PERLIHATKAN: Ahli Sastra Batak Uli Kozok dari Jerman memperlihatkan naskah-naskah budaya Batak yang sudah diolah dalam bentuk digital kepada Kepala Baperasda Sumut, Drs Syaiful Syafri MM didampingi Drs Chandra Silalahi MSi di ruang digital, Baperasda Sumut, Jal
an Brigjen Katamso Medan, Selasa (25/11).

__._,_.___

Tidak ada komentar: