Kamis, 17 Juni 2010

Mengapa Gus Dur ?

-Kelas Gus Dur Konflik dan Perdamaian Angkatan Pertama-


“Kelas ini bukan untuk indoktrinasi tentang Gus Dur, melainkan lebih melakukan eksplorasi tentang Gus Dur dan bagaimana cara-caranya dalam melakukan resolusi konflik,“ ujar Ahmad Suaedy. Ahmad Suaedy yang saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif The WAHID Institute, menyampaikan hal itu, pada hari Kamis, tertanggal 3 Juni, saat dilakukan pembukaan pertama dari Kelas Gus Dur yang bertajuk Konflik dan Perdamaian. Kelas yang difasilitasi oleh WAHID Institute ini sekiranya akan diilaksanakan setiap hari Rabu, pukul 18.00 petang, dengan selang waktu dua minggu sekali. Kelas ini nantinya akan terbagi menjadi 13 sesi pertemuan dengan mengundang beberapa narasumber atau pengampu yang selama ini berkiprah dalam resolusi konflik baik secara teoritis, konsep maupun praksis.

Agen minyak
Semua sesi pertemuan akan dilangsungkan di markas WAHID Institute, di Jalan Taman Amir Hamzah, yang kabarnya pernah menjadi rumah Gus Dur semasa kecil dulu. Dalam kesempatan itu, Suadey juga mengatakan, ”Kelas ini memang berangkat dari keprihatinan, karena sekarang ini sudah muncul konflik-konflik yang kecil. Dan ini baru mulai, moga–moga tidak menjadi besar.”
Yenny Zannuba Wahid, selaku Direktur WAHID Institute, juga hadir untuk membuka kelas Gus Dur angkatan pertama. Dia memang ditunggu para peserta, yang berjumlah 33 orang, sehingga kelas yang seharusnya dimulai pukul 18.00, jadi lewat sedikit (tidak teng), mengingat beliau dikabarkan tengah sholat. Saat sedang menunggu itu ada celetukan dari peserta, ”Sholatnya berapa lama ya ?”. Terang saja celetukan itu memecah kebisuan yang “membatu”

Gus Dur, mantan orang nomor satu di republik ini memiliki banyak ciri khas. Salah satu ciri khasnya adalah selalu terlibat dalam melakukan komunikasi yang terbuka dan terus menerus. Terlebih-lebih dalam kasus konflik yang selalu marak terjadi di Timur Tengah, dari tahun 1980-an dan pengulangan konflik itu, yang setiap tahun kerap terjadi. Gus Dur selalu hadir dalam upaya resolusi konflik itu baik sebelum, sewaktu dan juga setelah dilengserkan dari tampuk republik. Dia selalu ada. Namun keterlibatan beliau dalam berbagai resolusi konflik itu bukan mendapat tanda jasa malahan sering di derap dengan berita miring. Yenny, menceritakan hal itu, “Jadi banyak yang bilang Gus Dur itu sebagai agen Zionis, juga Baghdatis karena pernah sekolah di Baghdat, di Irak. Dicurigai sebagai agen yang macam-macam, yang belum pernah cuma agen minyak aja.”

Hasan Tiro
Saat menjabat sebagai presiden, suami dari Shinta Nuriyah Wahid ini juga pernah berupaya memecahkan kasus yang terjadi di Papua. Yenny, kembali mengenang ayahnya,”Dengan Papua, Gus Dur pernah bilang kalau semua yang diinginkan oleh Papua. Silahkan saja. Asal jangan minta merdeka. Boleh pake nama Papua dan boleh pake Bintang Kejora.” Karena menurut Gus Dur, Bintang Kejora adalah lambang kultural bukan simbol yang lain. Tatkala Ketua Organisasi Papua Merdeka (OPM), Theis Hiyo Eluay ditangkap oleh Kopasus gara-gara pengibaran bendera itu, Gus Dur bilang, ”Saya tidak setuju kalau pemerintah menangkap Theis.” Lantas pemerintah yang mana yang dimaksud oleh Gus Dur karena saat itu dia masih menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Terkait dengan konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM), maka pernah satu kali Gus Dur ingin bisa bertemu dan berdialog dengan Hasan Tiro. Namun apa yang terjadi. Ternyata Hasan Tiro menolak ajakan itu mentah-mentah. Bisa kita bayangkan orang nomor satu di negeri bahari ini ditolak mentah-mentah, kalau bukan Gus Dur bisa saja akan pecah perang. Lantas apa yang dilakukan Gus Dur, dia tak kehilangan akal. Dia langsung menghubungi Hasyim Salamat, pemimpin besar Mindanao Islamic Liberation Front (MILF), yang juga ingin merdeka dari Filipina. Gus Dur meminta agar Hasyim bisa menemui Hasan Tiro, pemimpin tertinggi GAM di Swedia. Kata Gus Dur, saya ingin bernegosiasi dengan beliau. Kabarnya Hasan Tiro pun ”melompat” kaget, saat utusan Hasyim langsung datang ke Swedia.

”Nah jadi itu sesama pemberontak Filipina dan Indonesia saling bernegosiasi,” ujar Ahmad Suaedy sambil berkelakar. Cerita itu sengaja disampaikannya saat dia mengutarakan bila Gus Dur itu mempunyai pemikiran yang out of the box. Selain itu, Suaedy juga mengatakan kalau akan mempelajari Gus Dur tidak melulu hanya dari pemikirannya saja tapi juga dari geerakan-gerakan yang telah dirintisnya selama ini. Suaedy menerangkan dengan jelas hal itu, ”Saya sudah pernah bertemu dengan semua faksi-faksi yang memberontak dari Thailand dan Filipina Selatan. Ternyata semua kenal dengan Gus Dur.”

Gramsci
Menurut Ahmad Suaedy, apa yang telah dilakukan oleh Gus Dur, dengan menemui faksi-faksi yang justru berseberangan itu, adalah sebagai sebuah strategi gerakan, dalam bahasanya Gramsci adalah war of position. Menarik juga bila seorang Ahmad Suaedy, yang terang benderang NU-nya, sempat-sempatnya mengutip strategi yang selama ini oleh sembarang orang mengatakannya sebagai strategi Marxis. Namun itu pula yang dilakukan oleh Gus Dur saat hendak mencabut TAP MPRS XXV/ 1996, ”Kenapa kita takut kepada komunisme ? Kita tak perlu takut, karena kita berpegang kepada kebenaran.” Begitu kata Gus Dur, setelah melihat kalau ketetapan itu hanya akan menyebabkan diskriminasi bagi sesama anak bangsa.

Gramsci yang ”menelanjangi” sekat-sekat kekuasaan terselubung dengan pisau hegemoni, mengatakan war of position harus dilakukan ketika masyarakat belum siap melakukan revolusi. Sehingga terlebih dulu perlu dilakukan sebuah pengajaran kepada masyarakat. Itulah juga yang dilakukan oleh Gus Dur, dengan cara-caranya yang membumi secara kultural namun memiliki agenda organik yang struktural. Ahmad Suaedy, menganalisanya, ”Menurut saya war of position ini yang sama Gus Dur bisa dinamakan dengan strategi sosio-kultural.”

Ahli konflik
Belajar dari cara-cara Gus Dur dalam mencari solusi atas benang kusut konflik yang kerap mendera maka berharap kita pun bisa ikut menjadi penerusnya, baik konflik yang diakibatkan karena perang, perang antar kelas, termasuk konflik dalam skala nasional maupun internasional. Hal yang senada dengan yang disampaikan oleh Subhi Azhari, yang dijuluki ”kepala tata usaha” di kelas Gus Dur ini, ”Gus Dur sangat jelas kalau semuanya harus dilandasi dengan kemanusiaan. Jadi diharapkan dari kelas-kelas ini akan hadir agen-agen perdamaian minimal di sekeliling kita.”

Untuk meredam ”konflik” itu juga, para pengurus sekolah ini terlebih dahulu menawarkan kurikulum yang akan dijalankan selama kurang lebih sekitar 6 bulan atau 1 Semester ini. Nyatanya, cukup dialogis, karena peserta juga boleh saja menawarkan materi yang diminati termasuk juga siapa narasumber yang diusulkan untuk mengisi materinya. Mungkin pengurus sekolah ini mencoba meredam ”konflik-konflik internal” yang mungkin bisa ditimbulkan dari kelas ini. Saat memaparkan kurikulumnya, Rumadi juga mengutarakan, ”Apakah hasil yang didapat dari kelas Gus Dur ini, apakah para peserta menjadi ahli pemecah konflik atau menjadi aktivis, atau malah menjadi ahli konflik.” Terang saja tawa pecah memenuhi ruangan. Namun dia juga menambahkan, ”Mungkin bisa saja nanti hasil kelas ini juga akan ada jalan-jalan.” Mudah-mudahan kesampaian ada sesi jalan-jalannya, supaya tidak ”konflik”, kata beberapa peserta.
Kelas Gus Dur ini sangat laris manis, bak pisang goreng, mungkin karena gratis, semula panitia hanya membatasi jumlah peserta sebanyak 15 orang namun nyatanya melonjak naik menjadi 33 orang. Selain kelasnya yang laris, kopi hitam panas, teh manis, juga k-3, yaitu kue-kue kecil, yang memang ukurannya kecil-kecil juga ikut laris manis. Semua menemani sesi awal diskusi di Kelas Gus Dur. Kelas yang tidak menjemukan. *) Chris Poerba

Untuk TAPIAN Juli 2010

3 komentar:

Unknown mengatakan...

karena banyaknya peminat, alangkah baiknya dan jika bersedia. Pelatihan tersebut dapat direkam dan disebarluaskan via youtube atau blog...sehingga bisa dipelajari dan dibahas banyak orang..salam

diridiridiridiri mengatakan...

makasih sudah kasih kome ya bung ada beberapa paper dari kelas Gus Dur tersebut..salam

Anonim mengatakan...

RSI SAKINAH MOJOKERTO telp/sms : +6285648280307