Salam TAPIAN
(Edisi Januari 2009)
Dulu, angan-angan agung orangtua Batak adalah anak-anak mereka menjadi pegawai negeri. Menjadi tentara, polisi, jaksa atau pegawai biasa, jabatan yang menjanjikan kehidupan yang mapan dengan jaminan hari tua yang membikin giur para tetangga. Sekarang, apakah obsesi itu masih bertahan? Orangtua tidak berubah. Tapi, anak-anak mereka diam-diam sudah ”mendurhakai” angan-angan itu. Lihatlah Butet Manurung. Dengan dua gelar kesarjanaan yang dikempitnya, dia bukannya mengetuk pintu kantor yang terletak di ”rimba beton” gedung bertingkat di Jakarta dan kota besar yang lain. Dia malah meninggalkan hiruk-pikuk kehidupan serba elektronik dan menguak hutan rimba raya, untuk memperkenalkan aksara dan ”terang” peradaban kepada penduduk pedalaman yang bukan hanya belum mengenal Louise Vuiton, cawat sekalipun masih barang mewah buat mereka.
Bukannya kehidupan yang mapan, Butet si manis boru Batak ini malah memilih mangula so margaji, bekerja tanpa gaji. Dan dia tidak sendiri dalam membuat hidup yang lebih bermakna, jauh dari pamrih pribadi. Di bidang lain, seperti politik, kesetaraan jender dan fashion pemuda-pemudi Batak juga mengukirkan fenomena baru untuk etnis mereka. Beberapa profil dari mereka kami turunkan dalam rubrik Sudut Pandang yang memuat muda mudi Batak yang berkontribusi bagi kemanusiaan di Indonesia. Kami mengangkat lima sosok muda-mudi Batak dari Butet Marurung (Penggiat Sokola Rimba di Tempat Terpencil), Valentina Sagala (Ketua Institut Perempuan yang berhasil mengupayakan Perda Anti Perdagangan manusia di Bandung), Marlo Sitompul (Ketua Serikat Rakyat Miskin Indonesia-Mantan tukang parkir yang akhirnya menerima penghargaan dari Menteri Kesehatan), Merdi Sihombing ( Pelestari ulos yang namanya disejajarkan dengan pembatik Iwan Tirta) dan Joey Bangun (Pelestari teater rakyat karo yang pernah menerima penghargaan dari MURI). Semuanya masih muda berusia dibawah 40 tahun. Semoga ini menjadi pelecut bagi kita muda-mudi Batak lainnya di tahun baru 2009.
Dalam rubrik Kabar Kita, bisa Anda ikuti laporan mengenai permukaan air Danau Toba yang meninggi dan menyebabkan banjir yang menggenangi beberapa tempat yang berpenghuni padat di tepi danau. Luapan airnya yang dilarikan Sungai Asahan menuju Selat Malaka, menyebabkan kota Tanjung Balai dan daerah sekitarnya terendam. Juga ada kisah tentang seorang penggugat kecurangan dalam pilkada di Dairi yang menemukan ajalnya sebelum penghitungan suara selesai dihitung.
Ketika republik Indonesia masih dalam persiapan untuk diproklamasikan, dalam suatu rapat nama Amir Sjarifuddin (Harahap) dipilih untuk menjadi proklamator. Tetapi, karena dia masih dalam tahanan Jepang, maka untuk keselamatan dirinya, Amir tak jadi dipilih. Dia yang mempersatukan gerakan perlawanan melawan fasisme, pernah menduduki jabatan Perdana Menteri, meninggal secara tragis, dieksekusi oleh pasukan TNI yang pernah dipimpinnya dengan tuduhan memberontak terhadap pemerintah pusat. Namanya takkan pernah sirna, dan dia kami kenang dalam rubrik Serbaneka. Sementara rubrik Sosok menampilkan Edward Sirait, manajer Batak yang membesarkan sebuah penerbangan swasta.
Salah satu pilar yang menjadi tujuan TAPIAN adalah mendorong interaksi kultural antara budaya Batak dengan lingkungan budaya yang lebih luas. Untuk itu, di rubrik Musik untuk awal tahun 2009 ini kami tampilkan kelompok musik progresif Discus dari Jakarta.
Melalui arus perubahan dan ketidak-kekalan serta tiadanya substansi diri yang kekal itulah yang menghadirkan sejarah eksistensial manusia melalui reinkarnasi, yaitu penerusan kelahiran kembali yang merupakan ziarah manusia dalam menyelesaikan segala sesuatu yang masih belum memuaskan. Itulah kutipan dari renungan Tahun Baru yang ditulis seorang Budhis yang bernama Jo Priastana juga pengajar di Sekolah Tinggi Agama Budha dalam rubrik Spiritualitas.
Kalau Anda sudah memutuskan akan berwisata ke Danau Toba, dari arah mana Anda akan mendekati danau itu? Mungkin menarik kalau mampir dulu ke Berastagi, di Tanah Karo, daerah yang terletak diketinggian dan nyaman. Dari sini Anda bisa menjelajah menuju Danau, dengan tujuan awal Tele, dari mana terlihat hamparan Tao Toba yang menakjubkan. Di rubrik Wisata Anda dapat mengikuti catatan perjalanan koresponden kami menyusuri rute yang menantang tapi indah itu.
Masih ada beberapa tulisan yang menarik, yang akan membuat tangan gatal kalau ditinggalkan. Dan rasa-rasanya, masih ada yang kurang kalau belum membentangkan meja catur, mengasah ketajaman daya analisa bersama Om Galung dengan studi permainan akhirnya. Selamat menikmati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar